Lombok Tengah – Hasil otopsi terhadap M, perempuan yang tewas diduga akibat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), menguatkan pengakuan suaminya, J.
M diketahui tewas setelah kehabisan oksigen akibat dipiting sang suami pada lehernya.
Peristiwa nahas ini terjadi pada Minggu, 3 Agustus 2025, setelah J menuduh istrinya berselingkuh.
Berdasarkan rilis dari Kepolisian Resor (Polres) Lombok Tengah, hasil otopsi menunjukkan adanya luka tekan lecet di leher sebelah kiri M, yang sesuai dengan kesaksian J.
J mengaku memiting leher istrinya saat keduanya terlibat cekcok, hingga akhirnya terjatuh ke kasur dan M tewas di tempat.
Temuan Mengejutkan, Rahim Membesar dan Cairan Lokia
Namun, di balik penyebab kematian yang sudah terungkap, ada temuan lain yang menarik perhatian.
Hasil otopsi juga menemukan adanya cairan lokia dan pembesaran pada rahim M.
Temuan ini memunculkan dugaan lain yang mengarah pada dugaan perselingkuhan dan aborsi.
Salah seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Sp.OG) RSUD Praya menjelaskan, cairan lokia adalah darah kotor yang keluar setelah melahirkan.
Cairan ini umumnya keluar hingga 42 hari pasca-melahirkan, namun biasanya sudah bersih pada hari ke-14.
“Cairan Lokia itu darah kotor setelah melahirkan. Habis melahirkan itu 42 hari keluar darah kotor, tapi hari ke 14 itu biasanya bersih,” ujarnya.
“Kalau bersihnya paling lama 42 hari, tapi biasanya 14 hari sudah bersih,” ia mengulangi.
Disisi lain, dijelaskan juga bahwa pembesaran rahim bisa disebabkan oleh kehamilan atau Miom (tumor jinak).
“Kalau rahim membesar bisa karena hamil bisa juga miom (tumor jinak),” tandasnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun sasamboinside.com, sebelum kejadian, J menanyakan isi percakapan di ponsel istrinya yang menyinggung soal menggugurkan kandungan dengan seorang pria yang diduga selingkuhan M.
Pertanyaan tersebut membuat M menghindar dan mencoba keluar kamar, yang kemudian membuat J kalap dan memiting lehernya.
Tanggapan Pihak Bandara
M sendiri diketahui bekerja sebagai karyawan TAD APS cabang LOP di Bandara Internasional Lombok (BIL).
Ia diduga menjalin hubungan asmara dengan salah satu petinggi perusahaan tempat ia bekerja.
Angga, Humas BIL, menanggapi normatif saat dimintai keterangan terkait dugaan skandal antara staf bandara yang berujung pada kasus KDRT ini.
“Tentunya kami turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya almarhumah, yang merupakan bagian dari keluarga besar di lingkungan Bandara,” ujar Angga.
“Saat ini, kami menyerahkan sepenuhnya proses penyelidikan kepada pihak yang berwenang,” ungkapnya.
